Kemiskinan
selalu menjadi pokok pembahasan dari seluruh Negara di Dunia, yang mana
selalu menjadi pekerjaan rumah dari pemerintahan suatu Negara.
Kemiskinan terjadi karena ketidakmampuan dalam mengelolah sumber-sumber
pendapatan yang ada di sekitar mereka ataupun yang sebenarnya telah tersedia
bagi mereka. Seperti ketersediaan lahan pekarangan, tempat tinggal yang
strategis, sumber daya alam yang belum dikelola, program-program
pemerintah, swasta dan lain sebagainya yang tidak terlaksanakan secara
sungguh-sungguh.
Kemiskinan menjadi terstruktur dan berdiri sendiri di dalam masyarakat miskin tersebut, hingga kemiskinan tersebut menjadi terstruktural atau sering disebut kemiskinan struktural. Kemiskinan tersebut bukan hanya karena ketidakmampuan seseorang individu maupun perorangan dalam melaksanakannya akan tetapi sistem yang bekerja didalamnya juga tidak mampu memberikan kesempatan-kesempatan yang ada.
Kemiskinan menjadi terstruktur dan berdiri sendiri di dalam masyarakat miskin tersebut, hingga kemiskinan tersebut menjadi terstruktural atau sering disebut kemiskinan struktural. Kemiskinan tersebut bukan hanya karena ketidakmampuan seseorang individu maupun perorangan dalam melaksanakannya akan tetapi sistem yang bekerja didalamnya juga tidak mampu memberikan kesempatan-kesempatan yang ada.
Kemiskinan
yang berlarut-larut dan menular ke anak cucu mereka akan menyebabkan
kebudayaan ataupun budaya kemiskinan di lingkungan mereka sendiri, yang kemudian akan
membuat mereka menjadi merasa pesimis di dalam kemiskinan itu sendiri. Hal ini juga yang sangat
mempengaruhi sikap mental di dalam menghadapi tekanan yang terjadi pada kehidupan sosial
ekonomi masyarakat.
Tanpa disadari, pola-pola hidup yang pesimis tersebut akan menjadi suatu aktivitas sehari-hari, dari hari ke hari. Jika begitu maka keinginan untuk dapat sukses dan meraih kesuksesan akan jauh dari keinginan, yang telah terbelenggu oleh rasa ketidakpercayaan dan kepasrahan hidup.
Akibatnya akan adanya prinsip yang dianut ataupun kebudayaan nilai-nilai yang telah terbentuk seperti rasa minder, malas, kurang bersemangat dalam bekerja, kurang menghargai pekerjaan, mudah menyerah, dan lain-lain, sehingga menjadi terstruktur dalam kemiskinan itu sendiri. Akan tetapi pihak yang mampu harus benar-benar peduli dan menarik kebudayaan kemiskinan tersebut secara berangsur dengan pola dan sistem yang terstruktur pula.
Tanpa disadari, pola-pola hidup yang pesimis tersebut akan menjadi suatu aktivitas sehari-hari, dari hari ke hari. Jika begitu maka keinginan untuk dapat sukses dan meraih kesuksesan akan jauh dari keinginan, yang telah terbelenggu oleh rasa ketidakpercayaan dan kepasrahan hidup.
Akibatnya akan adanya prinsip yang dianut ataupun kebudayaan nilai-nilai yang telah terbentuk seperti rasa minder, malas, kurang bersemangat dalam bekerja, kurang menghargai pekerjaan, mudah menyerah, dan lain-lain, sehingga menjadi terstruktur dalam kemiskinan itu sendiri. Akan tetapi pihak yang mampu harus benar-benar peduli dan menarik kebudayaan kemiskinan tersebut secara berangsur dengan pola dan sistem yang terstruktur pula.
Kemiskinan
dalam perspektif ekonomi, sering didefiniskan sebagai kekurangan sumber
daya yang akan atau dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, serta
meningkatkan kesejahteraan, contoh kemiskinan ini adalah ketidakmampuan
manusia di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya seperti sandang, pangan, dan
papan. Selain itu juga akan melatarbelakangi ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan akan
kesehatan, pendidikan dan pekerjaan.
Sedangkan Kemiskinan dalam perspektif kesejahteraan sosial lebih mengarah kepada keterbatasan individu perorangan atau kelompok dalam mengakses jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan-kesempatan peningkatan produktivitas. Contoh kemiskinan ini adalah, adanya budaya rasa malas dan ketergantungan kepada pihak lain. Hal ini sering disebabkan oleh akibat atau efek dari kemiskinan ekonomi.
Sedangkan Kemiskinan dalam perspektif kesejahteraan sosial lebih mengarah kepada keterbatasan individu perorangan atau kelompok dalam mengakses jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan-kesempatan peningkatan produktivitas. Contoh kemiskinan ini adalah, adanya budaya rasa malas dan ketergantungan kepada pihak lain. Hal ini sering disebabkan oleh akibat atau efek dari kemiskinan ekonomi.
Kebudayaan
yang terstruktur dengan Kemiskinan struktural dapat disebabkan oleh
sistem dan struktur sosial itu sendiri, terkadang struktur sosial
tersebut juga tidak mampu dalam menghubungkan antara masyarakat dengan
sumber-sumber daya yang tersedia, baik sumber daya alam, pemerintah
maupun masyarakat yang berada di sekitarnya tersebut. Perlunya kekuatan
dan dorongan yang kuat dalam sebuah proses perubahan kelas di dalam golongan masyarakat miskin itu
sendiri. Program penanggulangan kemiskinan yang efektif, terarah,
terstruktur, serta langsung menyentuh pokok dari kemiskinan yang keberkelanjutan.
No comments:
Post a Comment
Silahkan Tulis Komentar Anda